Jakarta - Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) menganggap kemajuan pertanian di Era Orde Baru lebih karena data statistik kuat alias valid. Hal ini berbeda dibandingkan era pemerintahan saat ini.
Wakil Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Rahmat Pambudi menuturkan data statistik pertanian di era pemerintahan Presiden Soeharto valid sehingga memudahkan pemerintah memberikan kebijakan.
"Mengapa pertanian di era Orde Baru lebih maju dari saat ini? Jawabannya karena statistiknya. Contohnya Sudarsono Hadisaputro (Menteri Pertanian era Orde Baru) ia fokus mengurus statistiknya dulu ketika pertama kali menjabat sebagai menteri pertanian dan kemudian mengambil kebijakan," ungkap Rahmat saat berdialog sensus pertanian di Hotel Media Jakarta, Jumat (26/04/2013).
Kasus kisruh mahal dan langkanya daging sapi yang terjadi tahun 2012 menjadi contohnya. Menurutnya angka yang diperdebatkan oleh saat itu tidak akurat sehingga sulit untuk pemerintah mengambil kebijakan.
"Kasus data sapi yang interpretasi tidak jelas oleh masyarakat. Ada alasan katanya sapi itu cukup tetapi transportasi kita buruk sehingga daging tidak dapat dinikmati. Namun ada juga jumlah sapi yang ada tidak sebanding dengan konsumsi masyarakat sehingga tidak akurat. Dulu kita berhasil karena semua berjalan baik," tuturnya.
Sehingga dengan catatan statistik yang tepat menurutnya, sangat memudah pemerintah dalam memberikan kebijakan yang baik khususnya untuk pertanian. Prinsip pertanian Orde Baru ternyata sampai saat ini masih dicontoh dan dilakukan oleh negara-negara yang maju karena pertaniannya.
"Soal pendataan jadi sangat penting. Kemudian datang ke negara yang maju pertanian, mereka mematok statistik pertanian menjadi acuan mereka. Sedangkan saat ini kita masih kesulitan untuk melakukan itu, dan saya harap pemerintah makin sadar akan hal ini," katanya.
Thanks for reading: HKTI Sebut Pertanian Era Orde Baru Maju karena Data Statistik Kuat
Wakil Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Rahmat Pambudi menuturkan data statistik pertanian di era pemerintahan Presiden Soeharto valid sehingga memudahkan pemerintah memberikan kebijakan.
"Mengapa pertanian di era Orde Baru lebih maju dari saat ini? Jawabannya karena statistiknya. Contohnya Sudarsono Hadisaputro (Menteri Pertanian era Orde Baru) ia fokus mengurus statistiknya dulu ketika pertama kali menjabat sebagai menteri pertanian dan kemudian mengambil kebijakan," ungkap Rahmat saat berdialog sensus pertanian di Hotel Media Jakarta, Jumat (26/04/2013).
Kasus kisruh mahal dan langkanya daging sapi yang terjadi tahun 2012 menjadi contohnya. Menurutnya angka yang diperdebatkan oleh saat itu tidak akurat sehingga sulit untuk pemerintah mengambil kebijakan.
"Kasus data sapi yang interpretasi tidak jelas oleh masyarakat. Ada alasan katanya sapi itu cukup tetapi transportasi kita buruk sehingga daging tidak dapat dinikmati. Namun ada juga jumlah sapi yang ada tidak sebanding dengan konsumsi masyarakat sehingga tidak akurat. Dulu kita berhasil karena semua berjalan baik," tuturnya.
Sehingga dengan catatan statistik yang tepat menurutnya, sangat memudah pemerintah dalam memberikan kebijakan yang baik khususnya untuk pertanian. Prinsip pertanian Orde Baru ternyata sampai saat ini masih dicontoh dan dilakukan oleh negara-negara yang maju karena pertaniannya.
"Soal pendataan jadi sangat penting. Kemudian datang ke negara yang maju pertanian, mereka mematok statistik pertanian menjadi acuan mereka. Sedangkan saat ini kita masih kesulitan untuk melakukan itu, dan saya harap pemerintah makin sadar akan hal ini," katanya.
No comments:
Post a Comment